Bergerak dalam hal positif dengan semangat tinggi akan menghasilkan energi penuh. Salah satunya bergerak maju dalam memimpin dan membuat perubahan dalam masyarakat. Energi akan terasa murni dengan didasari nilai kejujuran. Begitulah selintas pesan dari sosok pemimpin Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.
Siang itu langit masih bersahabat
dengan mendung, bahkan tetes-tetes bening air hujan masih turun membasahi tanah
Krapyak. Suasana tenang dan adem pun menemani pertemuan tim Damar dengan
Bapak Wahyudi di balai Desa Panggungharjo. Masih dengan balutan seragam dinas,
Pak Wahyudi, biasa dipanggil, menyambut
dengan
wajah ramah dan tenang. Keramahan
ini semakin memikat Damar untuk menarik larik-larik pertanyaan mengenal sosok
Bapak Wahyudi.
Wahyudi Anggoro Hadi S.Farm., Apt. merupakan
nama lengkap dari Lurah Panggungharjo yang juga alumni Yayasan Kodama. Pak
Wahyudi lahir di Bantul, 24 Juli 1979. Pendidikan formalnya
ia selesaikan sebagai alumni Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada tahun
2008. Selain itu, ia juga pernah nyantri di
Pondok Pesantren As-Syifa Bantul dan Pondok pesantren An-Nur, Ngrukem, Bantul. Saat ini salah satu kesibukannya
adalah sebagai apoteker pengelola Apotek Japisfi, Yogyakarta dan owner CV. Satubumi, Yogyakarta. Semasa muda,
Pak Wahyudi pernah dipercaya
sebagai ketua senat mahasiswa Fakultas Farmasi UGM dan ketua Komisariat PMII komisariat
UGM. Sedangkan hingga kini ia masih aktif dalam organisasi GP Anshor.
Tak heran jika dari aktivitas dan pengalamannya
tersebut, kini ia dipercaya oleh masyarakat
sebagai pemimpin sekaligus pengayom. Saat
diwawancarai tim Damar (11/06/13), Pak Wahyudi bercerita bahwa awalnya
tak pernah terbesit sedikit pun dalam benaknya untuk duduk di salah satu
jajaran pengurus penting di Desa Panggungharjo. Salah satu motivasi
ketertarikannya hanyalah keinginan untuk merangkul masyarakat dengan pendekatan
kultural, pemberdayaan nilai sosial sejak dini dan juga perlawanan terhadap manifestasi
politik.
Salah satu prinsip yang sangat
ditekankan dalam kepemimpinannya adalah nilai kejujuran. Baginya, kejujuran dalam
ranah sekecil apapun harus ditegakkan, karena hal ini dapat mencegah
pertambahan korupsi yang telah membobrokkan bangsa. “Marilah kita
melawan korupsi dari hal kecil, kalau dari hal kecil saja kita nggak berani,
bagaimana dengan korupsi yang lebih besar?”, tuturnya. Ia mencontohkan tentang
kepemilikan SIM sebagai masalah ketidakjujuran yang dianggap biasa, dan
menyebar hebat ke penjuru masyarakat. Suami dari Ibu Umi Haniah ini membuktikan
perlawanannya dengan memilih tidak memiliki SIM sampai saat ini, daripada
meniru paham ketidakjujuran.
Dengan prinsip dan ide-idenya, Pak
Wahyudi berharap pada masa kepemimpinannya ia dapat memberikan kultur baru
dalam pemerintahan masyarakat Desa Panggungharjo maupun masyarakat sekitarnya,
sehingga menciptakan masyarakat yang berbudaya, bertanggung jawab dan mengalir
dengan nilai kejujuran.
Berbicara tentang tokoh inspiraitif, ia
mengidolakan tokoh Mahatma Gandi, Gus Dur dan Bung Karno. Pemikiran dan
semangat dari ketiga tokoh inilah yang tampaknya menginspirasi semangat
pergerakan Pak Wahyudi. Dalam inspirasinya, ia pun mengutip
pemikiran Albert enstein, “Materi yang terus digerakkan dengan kecepatan
tinggi, materi itu semuanya berubah menjadi energi. Begitu juga manusia, jika
terus bergerak yang muncul adalah energi hebat manusia tersebut. Tingkatan
orang-orang yang energinya tinggi yang terus bergerak dalam hal positif seperti
Gus Dur, Mahatma Gandi dan
Bung Karno”, tuturnya.
Kencangnya gerak semangat melaju, memunculkan
getirnya duka atau
justru rasa suka yang tercipta. Namun, bagi Pak Wahyudi, duka dan suka adalah
sama. Beliau menganggap semua yang dilakukan tidak selamanya berdasarkan rasa
suka, karena suka adalah hal normatif. Karenanya, ada dua hal yang sangat ia hindari dalam
hidupnya, yaitu dendam dan putus asa. Menurut pemikirannya, dendam hanyalah
masa lalu yang akan menghancurkan masa depan, sedangkan putus asa tali pemutus
kesuksesan. Tak heran dengan menghindari dua sikap ini, Pak Wahyudi tampil
sebagai sosok pekerja keras dan pantang
menyerah.
Pada akhir untaian katanya, ia berpesan
lewat seulas tawa dengan nada tegas “Pantang tunduk bangkit melawan. Selama
belum ada perubahan dalam masyarakat, dalam berjuang pantang tunduk bangkit
melawan”.
Semangat ‘Pantang tunduk bangkit
melawan’ ini layak diapresiasikan sebagai semangat juang generasi muda
melawan berbagai virus-virus kebobrokan bangsa. Semoga pesan dan
semangat juang Bapak Wahyudi mampu
menambah semangat-semangat baru para generasi muda dalam ber-amar ma’ruf nahi
munkar. Amin.
[]Um-Roh
0 komentar:
Posting Komentar